Minggu, 01 Februari 2015

TODAY NEWS



Rabu, 28/01/2015 19:21 WIB

Jokowi 100 Hari

Kemilau Jokowi Pudar Sebelum 100 Hari

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews

 


Jakarta - Pertama kalinya dalam sejarah peristiwa pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia disambut meriah oleh rakyat pada 20 Oktober 2014 lalu. Usai dilantik di gedung MPR/DPR Jakarta, lautan rakyat dengan suka cita 'mengarak' Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dari Jembatan Semanggi sampai Istana Negara.

Hari itu warga diperbolehkan masuk Istana untuk lebih dekat dengan Presiden Ke-7 Indonesia tersebut. Tak cukup dengan pawai, Presiden Jokowi juga menyapa warga di seluruh Indonesia melalui teleconference.

Selepas petang, mantan Gubernur Jakarta itu menyapa pendukung yang sebagian besar adalah kalangan relawan yang giat mengkampanyekannya tanpa pamrih di lapangan Monumen Nasional. Rakyat bergembira menyambut Presiden ke-2 yang terpilih secara langsung itu.

Kini tak ada lagi pesta. Pemerintahan Presiden Jokowi memasuki usia seratus hari. Sayangnya menjelang seratus hari usia pemerintahan Jokowi, terjadi konflik antara Kepolisian RI dengan Komisi Pemberantasan Korupsi yang memicu rasa kecewa mantan para relawannya.

Perseteruan dipicu oleh langkah Jokowi yang mengajukan nama Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian RI. Nama Kepala Lembaga Pendidikan Polri itu santer disebut terkait dengan kepemilikan rekening 'gendut'.

Setelah KPK menetapkan Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka, muncul aksi 'perlawanan'. Penyidik Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri yang dipimpin pejabat baru Irjen Budi Waseso menangkap Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. Perseteruan antara Polri dengan KPK pun meruncing.

Pada Minggu (25/1/2015), Presiden Joko Widodo membentuk Tim Independen untuk menyelesaikan konflik antar dua lembaga penegak hukum tersebut. Sebuah fakta diungkap oleh tim yang beranggotakan sembilan tokoh antikorupsi tersebut.Ketua Tim 9 Syafi'i Ma'arif mengatakan ada partai politik yang 'merecoki' Presiden Jokowi. Salah satunya dengan ngotot mengajukan nama Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri.

Syafi'i menyebut saat ini Presiden Jokowi terbebani oleh persoalan Komjen Budi Gunawan. Sayangnya beban tersebut bukan berasal dari lawan politik, melainkan dari partai pengusung.

"Umumnya dari partailah. Saya ndak bisa menyebut partainya. Memang berat ini. Pak Jokowi ini diusung partai, tapi dia bukan tokoh partai. Saran saya dia kan dipilih rakyat, jadi utamakan rakyat," kata Syafi'i.

Soal tekanan partai politik ke Jokowi bukan kali ini aja diungkap. Kiprah kepemimpinan Presiden Jokowi yang dinilai tidak independen juga menjadi sorotan media asing. Salah satunya The New York Times yang menyebut sosok Jokowi mulai kehilangan kilaunya akibat tekanan dari parpol.

Dalam artikel yang ditulis koresponden The New York Times Joe Cochrane berjudul 'For Indonesians, President’s Political Outsider Status Loses Its Luster', dijabarkan berbagai kebijakan dan keputusan Presiden Jokowi yang justru merusak citranya sendiri.

Artikel yang terbit di edisi cetak Minggu 18 Januari 2015 dan menjadi pembicaraan di twitter Jumat (23/1/2015), sosok Jokowi disebut sebagai 'political outsider' yang menjanjikan pemerintahan yang merakyat atau 'people-centric politics' ketika dia terpilih menjadi Presiden RI.

Sumber : klik disini

OPINI :

Sosok Jokowi adalah orang yang suka memperhatikan rakyatnya dan pemerintah, Dia selalu menyapa sebagian kalangan relawan yang mendukung Dia.Semenjak Jokowi menetapkan Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian RI banyak melakukan aksi Perlawanan.Hal itu membuat sebagian rakyat menjadi tidak suka pada Jokowi.
Dalam Artikel koresponden The New York Times Joe Cochrane yang berjudul ' For Indonesians ' ,  President’s Political Outsider Status Loses Its Luster', dijabarkan berbagai kebijakan dan keputusan Presiden Jokowi yang justru merusak citranya sendiri.